음악

[스크랩] *나가수 더원노래모음,더원 사랑아 듣기,더원 겨울사랑 듣기●

긴 긴 시간 2013. 10. 11. 09:01

*나가수 더원노래모음,더원 사랑아 듣기,더원 겨울사랑 듣기●

나는가수다에서 발견한 숨은보석이였습니다

저도 나가수이전엔오빠를 잘알지못했스빈다만

나가수를 통해서 오빠랑 이은미언니를 알게되서 정말 기뻤고요

밑에 오빠음악 모음 올립니다

즐거운시간들되셨슴 좋겠네요

                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   

 

 

ektual belaka. Namun juga harus mampu menohok ke sisi budaya rakyat yang dicirikan dengan popularitas masa kini sebagai bagian dari komunikasi ki Sunda.


Namun berbeda dalam pandangan pengamat budaya Sunda Asep Salahudin dalam beberapa tulisannya tentang “Komunikasi Sunda ‘Heurin ku Letah” yang dimuat Kompas Jabar dan dimuat kembali oleh blog onlin sunangungdjati.com serta tulisan “Dipati Ukur Sebagai Tolak Ukur” yang dimuat Kompas edisi Sabtu, 3 April 2010. Dalam tulisan tersebut Asep menegaskan bahwa orang Sunda kiwari cenderung berkomunikasi secara heurin ku letah.


Menurutnya bahwa sikap heurin ku letah merupakan komunikasi naif sehingga tidak perlu dipertahankan. Sikap tersebut merupakan komunikasi inferior yang semakin menyebabkan seseorang (suku) kian terpuruk, tidak memiliki daya tawar yang tinggi. Dalam tulisannya tersebut juga Asep menyatakan bahwa komunikasi heurin ku letah menjadi kepribadian orang Sunda saat ini.


Begitupun dalam tulisan tentang ‘Dipati Ukur sebagai Tolak Ukur’ ia mengatakan bahwa komunikasi ki Sunda

 

 

masa kini heurin ku letah sehingga sebagai cerminan manusia yang terjajah nilai dan budaya baru yang sama sekali tidak menggambarkan watak asli manusia Sunda. Asep mencitrakan manusia ki Sunda Kiwari sebagai kurung batokeun, heurin ku letah, bengkung ngariung bongkok ngaronyok, pakia-kia, paaing-aing, yang menggambarkan manusia Sunda itu kehilangan sikap dan sifat yang positif (Kompas, Sabtu 27 Juni 2009).


Dalam tulisan “Komunikasi Sunda Heurin Ku Letah” tersebut Asep menegaskan bahwa tidak ada tokoh-tokoh politik yang mampu mencapai posisi puncak, begitupun tidak ada penulis-penulis yang beretnis Sunda karyanya diterbitkan oleh penerbit berkelas di negerinya sendiri.


Komunikasi Populer

Komunikasi Populer dalam pengertian disini dapat dimaknai sebagai pesan-pesan yang secara populer  

muncul melalui media massa dimana gagasan dan sikapnya disebarkan secara massal melalui media massa. Sehingga sikap dan sifat komunikator populer tersebut jauh kesan dari komunikasi heurin ku letah.


Mencermati beberapa tulisannya tersebut, barangkali Kang Asep lupa bahwa terdapat ruang dimana Ki Sunda hidup bukan hanya dalam dunia politik dan intelektualisme akademis belaka sehingga komunikasi di ukur dari sejauh mana mereka menempati jabatan strategis atau apakah karya mereka diterbitkan oleh penerbit berkelas di negerinya sendiri? Seperti dikatakan oleh kang Asep. Ruang tersebut adalah ruang populer hiburan atau melalui komunikasi populer. Dalam ruang populer tentu saja kita tidak bisa menafikan bahwa tidak sedikit entertainer Sunda menghiasi layar  

 

televisi seperti dalam jagat musik atau komedi termasuk juga tokoh-tokoh yang dipopulerkan oleh media karena keberaniannya dan kecerdasanya seperti Dai, politikus, akademisi, profesional dan lain sebagainya. Seperi Dai Aa Gym yang pernah akan diundang oleh Presiden Amerika George Bush Jr., artis-arti Sunda yang menghiasi layar kaca, pebulutangkis Taufik Hidayat dan lain-lain.


Menyaksikan kecerdasan Retorika Aa Gym, ketangkasan Taufik Hidayat, atau kecerdasan bermusik artis Sunda dalam melahirkan karya-karya populer menunjukan bahwa mereka tidak heurin ku letah. Gagasan mereka selalu dibagi dan disebarkan, tidak hanya disemaikan di tatar Pasundan tapi lebih mendunia lagi. Di samping itu tidak sedikit para artis yang bersikap kritis terhadap kondisi sosial ataupun politik seperti Bimbo atau Harry Rusli (alm). Tentu saja yang telah disebut hanya sebagian kecil komunikator Sunda yang terbuka dan tidak heurin ku letah.


Ki Sunda menyebar

 

 

Menurut Ajip Rosidi seperti ditulisnya dalam ‘Apa dan Siapa Orang Sunda’ banyak tokoh-tokoh populer yang tentu tidak hanya berkecimpung dalam dunia hiburan belaka ia juga berkecimpung dalam dunia politik idealis, akademis, presenter kawakan, budayawan, ekonom, Bankir dan masih banyak lagi dimana posisi mereka tidak berada pada posisi nomer dua seperti dikatakan oleh Kang Asep yang melihat dari sisi politik praktis. Kang Asep mengatakan bahwa karir politik orang Sunda hanya pada level Sekretaris Jenderal dan belum menjadi pucuk pimpinan parpol (Komunikasi Sunda Heurin Ku Letah). Padalah jika kita klasifikasikan kepemimpinan ki Sunda tersebut sangat menyebar tidak hanya dalam jagat hiburan belaka seperti yang kita kenal belakangan tetapi juga dalam dalam ranah Akademis ada Jalaluddin Rakhmat dan Deddy Mulyana dimana buku-bukunya diterbitkan oleh penerbit berkelas, Der Sos a Gumilar Rusliwa Sumantri Rektor UI. Dari Kalangan Aktifis ada Teten Masduki, Ully Sigar Rusadi. Dari kalangan atlet ada Taufik Hidaya dan Ricky Subagja yang pada masa jayanya selalu membuat Indonesia bangga. Diflomat nomor satu yang berposisi sebagai orang nomor satu di departemen Luar Negeri be 

rturut-turut dari Sunda Hassan Wirayuda dan Marty Natalegawa. Politikus nomor satu dari di DPD-RI Ginanjar Kartasasmita, Calon Presiden (walaupun tidak jadi) Yuddy Crisnandy dan masih ada beberapa seperti yang berkedudukan sebagai orang nomor satu pada departemen tertentu seperti Anton Apriantono, Rachmat Witoelar, Wimar Witoelar, Mochtar Kusumaatmadja, Paskah Suzeta, Agum Gumelar, bahkan DKI Jakarta pernah dipimpin oleh orang Sunda; Ali Sadikin. Dari Kalangan Sastrawan ada Ramadhan KH, Acep Zamzam Noor, Ajip Rosidi. Dari kalangan Profesional ada orang nomor satu di Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah, Mocktar Kusumaatmadja, Taufiquraham Ruqi yang pernah menjadi orang nomor satu di KPK. Atau orang yang sangat lantang dan berani seperti (alm) AM Saefudin. Jika disebutkan satu persatu tentu saja bukan tempatnya disini apalagi jika menyebutkan 200 artis ibu kota yang sebagian besar artis nasional.


Citra Ki Sunda Kiwarianak. Awalnya saya pikir ada penjual kaset anak-anak, ternyata saya salah. Suara itu  

berasal dari sebuah sepeda yang telah dimodifikasi habis-habisan. Sepeda itu sekarang bentuknya seperti sepeda yang sering digunakan berjualan ice cream ditambah dengan 4 sepeda kecil di atasnya. Ayah mengingatkan saya kalau namanya odong-odong.

Jelas, saya merasa sangat asing dengan permainan satu ini, dan saya sangat yakin, seumur hidup saya tidak pernah bermain odong-odong. Hal ini menarik minat saya untuk mengamati -bukan mencoba- odong-odong tersebut.

Miris, hal pertama yang saya rasakan. Paman odong-odong itu meletakkan odong-odong nya di sedikit lahan tersisa, di samping orang berjualan pupuk, di depan kakek penjual peralatan pertanian, di samping paman reparasi jam, dan di samping orang jualan makanan, dan agak ketengah jalan. Mencari uang itu tidak mudah.

Sang Bapak setengah baya pemilik odong-odong itu terus menginjak pedal sepeda odong-odong nya  

sejak pukul 07.00 hingga pukul 11.00, hanya sedikit istirahat yang terkecap oleh beliau.

“Alhamdulillah, paman odong-odong banyak peminatnya.” ucap saya.

Ayah menimpali,”Benar, tapi seandainya paman odong-odong itu warga sini, itu akan menambah devisa daerah kita.”

“Ayah,,, apa hubungannya devisa daerah sama paman odong-odong?” tanyaku.

Ayah menjelaskan, pasar yang di bangun di daerah ini adalah denyut perekonomian bagi masyarakat daesar sini, walaupun pasarnya hanya buka setiap hari Minggu, tapi itu cukup membantu warga untuk kelangsungan hidup mereka. Jadi seandainya, pasar ini penjualnya adalah semua warga sini, kemudian pembelinya warga daerah ini dan masyarakat di daerah lain, uang akan masuk ke daerah ini dan berputar di daerah ini, sehingga taraf hidup masyarakan daerah ini bisa meningkat, kerena mereka mendapatkan keuntungan berlipat.

Kemudian saya kembali merenung, memang, sebagian pedagang di pasar ini adalah warga sini, namun  

presentasinya mungkin hanya sekitar 60%, sedangkan sisanya adalah pedagang dari daerah lain.

Mungkin Ayah benar, tapi saya tahu Ayah tidak hanya mengajak saya berpikir sampai di situ. Ayah membuka sebuah celah baru di pikiran saya, celah tentang sesuatu yang besar, negaraku tercinta Indonesia. Selama ini kita terkenal sebagai penghasil bahan mentah, kita mengirim sumber daya kita keluar negeri, mereka membelinya dengan harga yang murah, kemudian mereka mengolahnya dan jadilah mobil berkualitas tinggi, berbagai macam barang mewah, padahal bahan mentah nya bisa saja berasal dari perkebunan di daerah-daerah di Indonesia. Seandainya kita bisa mengolahnya sendiri menjadi barang yang berkualitas, kemudian kita pasarkan, keuntungan yang kita dapat pasti akan membuat negara ini berhenti tertatih-tatih perekonomiannya.

Saya percaya, suatu saat kita akan bisa. Suatu saat, SDM kita akan mampu mengolah SDA Indonesia  

menjadi barang ’siap pakai berkualitas tinggi dan dipercaya, digemari, bahkan digandrungi’ masyarakat internasional. Amin.

Sampai saat itu tiba, biarlah paman odong-odong terus mengayuh sepedanya, memberikan penghiburan bagi anak-anak, memberikan sedikit kelegaan, nafas bagi para Ibu yang penat sehabis belanja keprluan sehari-hari dengan uang yang dicukup-cukupkan, melepaskan mereka sejenak dari rengekan anak-anak mereka.

Perkenalan saya dengan odong-odong ditutup dengan secangkir teh hangat, pisang goreng, dan senyuman dari Ayah. Senyum yang saya tahu, ada harapan di sana untuk negeri ini. Untuk saya juga tentunya.

np:ini postingan kedua saya, sebagai pendatang baru saya mohon kritik dan saran yang membangun. Dan mohon bantuannya, kenapa ya saya tidak bisa membalas tanggapan, membalas komentar, mengirim pesan, dan mengkonfirmasi permintaan teman? padahal sudah saya klik likn n

Mencermati citra diri ki Sunda, setelah melihat bahwa sebetulnya banyak tkoh-tokoh Sunda yang menempati posisi serta prestasi nomor satu dalam berbagai ranah kehidupan tentu tidak bisa mencitrakan Ki Sunda sebagai komunikator heurin ku letah seperti digambarkan dalam pencitraan Kang Asep. Seperti disebutkan beberapa orang yang mewakili di atas maka citra ki Sunda adalah yang tergambar dalam sosok-sosok tersebut; Akademisi Jalaluddin Rakhmat seorang Filsuf sekaligus Sufi, Taufiqurahman Ruqi yang gede wawanen dan bersih, Taufik Hidayat yang memiliki prestasi, AM Saefudin yang lantang se

 

 

an di bilik rumah tangga.

Adegan persuamiistrian bukan hal yang tabu bila dilakukan di dalam bilik rumah tangga. Apalagi tidak ada yang mengintip, merekam dan menyebarluaskan.

Persuamiistrian dalam kamar pernikahan justru harus dilakukan. Disamping sebagai sarana rekreasi, juga sebagai sarana regenerasi.

Sebagai sarana penyalluran hasrat  kemanusiaan yang terpendam, hanya bilik pernikahan yang halal untuk dilaksanakan. Di luar bilik itu hanya dilakukan oleh binatang.

Tanpa adanya aktivitas persuamisitrian, bilik rumah tangga takkan lahir generasi baru sebagai penerus hidup dan kehidupan di bumi ini.

Hanya manusialah yang dipercaya sang Pencipta untuk mewakili kehadiran-Nya di atas permukaan bumi yang penuh onak dan duri ini

Namun di kalangan tertentu, selebritas terutama, pembiasan adegan persuamiistrian sering terjadi. Apalagi yang direkam, justru oleh pelaku dan disebarluaskan.

Media massa merupakan sarana yang efektif dan efisien untuk mempopulasikan dirri lebih massif. Apalagi hal-hal yang berbau hedonis.

Apalagi dilakukan selebritas yang sedang menurun popularitasnya. Menyebarluaskan nudisme dan kelanjutannya merupakan sarana penggapaian populis kembali yang mudah dan murah.

 

 

Penghalalan cara penggapaian popularitas seorang (bahkan baru calon) selebritas bukan hal yang mengejutkan. Bukankah kaum tersebut lebih memilih hasil ketimbang proses?

Tak terkecuali mantan vokalis band ternama.Ketika popularisnya mulai menuju titik nadir, mengapa tidak melakukan massifikasi nama kembali, dengan tampil nudis misalnya.

Perundang-undangan dan pelaksanaannya belakangan ini masihmenyasar sekadar para pengganda, penyebarluasan. Bukannya menyarang pembuat, atau bahkan pelakunya

Menyasar pada para pelaku dan perkam itulah yang seharusnya penegak hukum lakukan. Apalagi bila penyebarluasan itu dilakukan sebagai strategi bisnis yang peling ekonomis dan massif

Minimal tannpa adanya perekam takkan ada yang mampu disebarluaskan. Sedang bila pendokumentasian pribadi bukanlah alasan yang mapan dan matang.

Terutama bila pendokumentasian dilakukan dengan alat yang sangat mudah terlepas dari genggaman pribadi, sehingga mudah tersebar luas.

Akhirnya, masyarakat harus lebih dalan mencermati sensasi-sensasi kaum yang cenderung narsis itu.  

Minimal mereka harus mau dan mampu memahami perilaku kaum populis itu, man a yang pantas diteladani dan mana yang pantas ditongsampahkan.

Apalagi bila tampil nudis dan kelanjutannya itu hanya sarana menemukan kembali popularitasnya yang nyaris tenggelam. Dalam benak kaum populis itu tersangkut adagium tak ada yang musti ditabukan untuk mrnggapai puncak hidup dan kehidupannya itu.

Apalagi di negeri-negeri yang sedang mematut diri, mensejajarkan dengan negeri maju sedang mengarus adagium: manusia berusaha, uang menentukan. Uang adalah tuhan baru, terutama oleh generasi yang ter
nya tapi tetep aja ngga dapet”. Kurang lebih begitulah ucapan ibu saya tadi pagi, memberitahu kami tentang rencana pernikahan anak sahabatnya tersebut. Beberapa waktu lalu, ibu memang sering bercerita tentang rencana pernikahan Mbak Dini yang sudah disiapkan dari awal tahun 2010 lalu.

Menurut cerita ibu, Mbak Dini dan calon suaminya ingin pernikahan mereka dilaksanakan sesederhana mungkin namun terkesan classy tanpa menghilangkan unsur ke-sakralan didalamya, hanya mengundang kerabat terdekat sekitar 20-30 orang saja, disebuah hotel ternama di Jakarta. persis seperti pesta pernihakan yang ada di film – film Hollywood namun rencana tersebut sepertinya sulit diwujudkan, pasalnya orang tua Mbak Dini merasa harus melibatkan tetangga – tetangga dan keluarga besar dalam ‘mantu’ pertamanya ini. Bukan maksud sang ibu ingin mengadakan pesta secara besar-besaran yang menghambur hamburkan banyak uang, ia pun ingin pernikahan anak sulungnya ini dilaksanakan secara sederhana tapi tidak se-ekstrem yang Mbak Dini dan calon suaminya rencanakan sebelumnya. Seperti pesta pernikahan orang Indonesia pada umumnya, akhirnya setelah mereka berdiskusi lagi Mbak Dini dan calon suaminya menuruti permintaan orangtua mereka untuk sedikit ‘menambah jumlah undangan’ dan melibatkan keluarga besar dalam hajatannya kali ini. Profesi Mbak Dini yang seorang dokter dan calon suaminya yang seorang pengusaha muda memungkinkan mereka untuk membiayai sendiri pesta pernikahannya, semua hal yang berhubungan dengan hari besar tersebut dilakukannya berdua, mulai dari mencari gedung untuk  

resepsi, masjid untuk akad nikah, catering, baju pengantin, salon dan lain – lain pokoknya orangtua mereka tinggal terima jadi dan tidak mengeluarkan biaya sepeser pun.

Sebenarnya sah sah saja jika mereka menginginkan pernikahan seperti yang semula direncanakan toh mereka membiayai pestanya sendiri dan tujuannya supaya tidak merepotkan orangtua namun seperti sudah menjadi kebiasaan bagi orang tua calon pengantin di Indonesia, untuk mengadakan pesta yang cukup menguras biaya serta mengundang banyak tamu, padahal didalam Islam sendiri syarat sah nya pernikahan adalah adanya calon suami dan istri, 2 orang saksi, mahar serta terlaksananya ijab kabul dan sepertinya Mbak Dini dan calon suaminya sudah bisa memenuhi syarat sah tersebut sesuai dengan rencana awal mereka, tanpa ada spesial resepsi yang dihadiri ratusan tamu seperti yang akan dilaksanakan nantinya. Disini bukan masalah biaya yang harus dikeluarkan, berapa tamu yang diundang atau berapa lama pesta tersebut dilaksanakan tapi lebih pada masalah budaya, kebiasaan dan pantas atau tidak pantas bagi keluarga yang melaksanakan pernikahan tersebut. Seperti sudah menjadi kebiasaan bagi orang tua masing – masing calon pengantin untuk meminta restu kepada keluarga besar, kerabat dan tetangga dengan mengundang mereka ke pesta pernikahan tersebut bahkan ikut melibatkan secara langsung sebagai ‘Wedding Organizer’ cuma-cuma. Inilah Indonesia dengan berbagai macam budaya dan keberagamannya, sebuah pesta pernikahan bukan hanya menjadi pesta pribadi bagi kedua mempelai namun juga menjadi pesta dan kebahagiaan tersendiri bagi orangtua masing-masing serta  

ajang berkumpulnya kerabat, teman SD, SMP, SMA, kuliah, teman kerja, om dari adik si kakek, bosnya si Papa dan masih banyak lagi. Pesta pernikahan selalu memberikan cerita tersendiri baik bagi yang punya hajat, tamu maupun yang terlibat langsung didalamnya. Kita sebagai anak tentu harus mempertimbangkan hal-hal tersebut sebagai bentuk perhatian dari orangtua dan bukan ‘egoisme’ semata. Memang kelihatannya ribet, buang-buang uang dan melelahkan pastinya namun bukankah semakin banyak tamu yang datang Insyaallah semakin banyak pula doa restu bagi sang pengantin? dan angpau yang diterima juga pastinya?

Tapi tidak ada salahnya juga jika ingin melaksanakan pernikahan yang sederhana tanpa mengundang banyak tamu dan pesta besar, asal syarat sahnya pernikahan tersebut sudah terpenuhi, toh itu semua pilihan dan kembali kepada pribadi masing-masing.

Saya jadi ingat salah seorang teman yang sudah lebih dahulu berkeluarga, mereka  

melaksanakan janji sehidup sematinya tersebut hanya di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat tanpa melangsungkan resepsi dan benar-benar hanya keluarga terdekat saja yang datang (bahkan saya dan teman-teman se-genk pun tidak diundang dan hanya diberitahu) padahal bukan tidak mungkin bagi mereka mengadakan pesta besar-besaran, mereka memilih menikah di KUA karena tidak mau merepotakan orang tua dan lebih memilih menggunakan uang untuk biaya pestanya untuk membeli rumah idaman mereka dan berbulan madu kebeberapa negara di Eropa setelah sah menjadi suami istri dan cita-cita itu pun terlaksana, dan setelah berumah tangga mereka tidak tinggal rumah salah satu orang tua atau tinggal dikontrakan tetapi sudah menempati rumah idaman hasil patungan mereka berdua.

Dengan atau tanpa pesta pernikahan yang penting sah menjadi suami istri dan bisa membangun keluarga yang bahagia sampai akhir hayat.

Ah… rasanya saya ingin cepat-cepat menikah ju

 

더블클릭을 하시면 이미지를 수정할 수 있습니다

출처 : 같이 더불어 살자고요
글쓴이 : 레몬 원글보기
메모 :